Hari terakhir bulan pertama tahun ini
Aku masih menunggumu. Sehari semalam sejak kemarin malam. Aku menunggumu sampai bosan itu datang lalu pergi lagi. Aku menunggumu dari terang hingga gelap merajai malam. Kau bilang akan datang malam ini membawa kembang cinta bersama hujan untukku. Kita akan bercinta di ruang persegi milikku dengan irama gendang-gendang hujan. Ini sudah tengah malam. Tak ada hujan. Tak ada rembulan. Hanya gerimis tak romantis yang menyisakan kunang-kunang. Kau tak jadi datang. Kau tersandung bulan yang separuh benderang.
Aku menunggu bukan karena aku harus. Aku menunggumu karena keyakinan kau layak kutunggu. Sebuah pesan pada kartu ucapan selamat ulang tahun yang kau berikan bersama sekotak cokelat kegemaranku berhasil meyakinku. Pesan yang selalu kubaca hampir di setiap bangun dari tidurku. Aku menempelnya di dinding kamar:
Aku tidak sempurna. Kau tidak sempurna. Aku tahu. Tapi tahukah kau? Aku akan jadi satu-satunya orang yang bertahan dan bilang “Kau hebat!” dengan lantang saat ketidaksempurnaanmu diakui semua orang meluluhlantahkan segala pujian.
Akulah orang pertama yang akan dengan senang hati memaafkan saat kau melakukan kesalahan dan semua orang menudingmu bersalah, memberimu kesempatan kedua untuk memperbaikinya dan masih ada seribu kesempatan setelahnya.
Saat bualanmu mulai tak terbukti, tak ada lagi yang mempercayaimu, aku akan tetap menjadi pendengar terbaik untukmu. Saat kau tersandung dalam perjalanan hidupmu, jatuh lalu terinjak, aku akan tetap bertahan memapahmu kembali berdiri menghadapi dunia.
Saat dunia mulai menjauhimu dan kau hanya punya air mata, aku tidak akan membuat jarak sedikitpun denganmu dan tanganku akan segera menghapus air mata itu. Saat tak ada lagi senyuman yang tertuju padamu, bibirku akan tetap memberikan senyuman terbaiknya untukmu.
Saat kau menua dan kelelahan sedang tak ada lagi yang peduli, aku akan tetap ada untukmu dengan bahu yang siap kau jadikan tempat bersandar mengeluh dan aku akan meninabobokanmu tak peduli suara sumbangku.
Satria
Hari pertama bulan kedua tahun ini.
Sehari sebelum genap delapan bulan pergumulan kita.
Sehari sebelum genap delapan bulan pergumulan kita.
Kau datang pagi ini tanpa kembang di tanganmu. Keletihan semalam yang kau hadiahkan untukku. Letih sekali hingga aku tak bisa melihat senyummu. Aku tahu kau kemana semalam. Kau bercinta dengannya yang kukenal di perayaan tahun perak kantormu sebulan lalu. Seorang teman kerja mudamu. Aku tahu dia lebih dari sekedar teman yang kerap kau ajak menikmati sesapan kopi seusai jam kerja di kedai favorit kita. Aku tahu kau selingkuh dariku. Aku tahu sejak tak ada lagi senyummu bagiku. Sejak telingamu mulai merapat bagi kalimat-kalimatku. Sejak kau menemukan kembang yang lebih wangi tapi tak lebih indah dariku. Aku tahu aku dimadu. Kurelakan berbagi hatimu dengannya. Berbagi peluhmu dengannya. Berbagi kelaminmu dengannya. Aku bertahan dengan kerelaan yang menusuk tajam paru-paru. Sesak!