Selasa, 04 Januari 2011

Komposisi Sri


ia siapkan caping: tudung kepalanya mulai tumpul di atas
tubuh kerempeng berkulit keriting belang warnanya
bukan ia takut pada surya yang sinarnya sesekali terlalu menyengat
hanya ia tak mau silau itu kian merontokan
beberapa helai yang memutih sebagian

dengan cangkul,
ia membuat adegan paling ramah dengan tanah
gembur berlumpur berselaput daki kakinya
dewa air mulai kikir, pikirnya
meski kerap menghujani bertuibi-tubi
menghalangi sang induk mengecup si buah hati

ia sempatkan menyalangkan mata pada semesta
menyoal cuaca di antara gugusan awan di tengah sebuah koneksi
pada rahim alam ia mengucap: semoga
mengharap sebuah musim

di belahan lainnya,
seorang ia tak pernah mengharap
tak pernah berucap: semoga
tak pernah mengadu kaki tangannya pada tanah berlumpur
ia kantungi butiran-butiran bersihnya dalam kantung-kantung besar
diambilnya sebagian
dicucinya sebagian
dimasukannya sebagian pada penanak tak berapi
matang,
tanpa nyalang mata mengharap sebuah musim pada semesta
———————–
[Andi Gunawan - 28 Juni 2010 ]
*bisa dibaca juga di Kumpulan Spasi

2 komentar:

  1. keren, ndi..
    bercerita tentang "produsen" dan "konsumen"kah?

    BalasHapus
  2. Bisa jadi begitu.
    Aku lebih suka menyebutnya sebagai percintaan petani dengan tanahnya :)

    Terima kasih, kakak.

    BalasHapus