Kamis, 22 Juli 2010

Morning Call


a little knock wakes me up
from a long tiring dream
put me on the lowest top
I am espresso with no cream


A
Depok, July 23rd, 2010

Rabu, 21 Juli 2010

Ego Abu


Jendela-jendela terbuka
Menganga
Semenganga sadar yang dibiaskan semburat warna rupa-rupa
Semenganga mereka yang menghadangku dengan hanya satu warna

"Hei, ini soalku dan semesta!" 
 
Toh, aku pernah menjejak pada satu warna
setiap kali menghamba pada indukku: Si tunggal bermata elang


A

Selasa, 20 Juli 2010

Opera Aksara

Prolog: Spasi

Aku turun dari kereta kencana
membaur dalam panggung kata
dan tiba-tiba aku tak sendiri
meracau menanggalkan sepi
------------------------------

Monolog: Koma

detak ini adalah sementara
nikmati merdunya
resapi derunya
---------------------------

Epilog: Titik

yang diam lalu berdiri
lalu berlari
yang mengendap lalu mengapung
lalu berlayar
terbakar tenggelam: pulang.
----------------------------

Depok, 20 Juli 2010

Senin, 19 Juli 2010

Syalalala


ini menderu-deru
meluncur
meluncur tajam tepat ke arah hati
sepasti saat engkau dengan pandirmu
aku dengan tawa di dada
dalam dongeng rasa tak bernama
seperti tak ada habisnya peluru
semakin menderu-deru
ini candu 

------------------------------------------
Jakarta, 20 Juli 2010
*hari ini tahun kedua puluh satu mantan pacarku, hahaha

Minggu, 18 Juli 2010

Kelamin Bukan Penghalang



Pernah dianggap remeh hanya karena apa jenis kelaminmu? Aku punya cerita soal itu. Ada teman lelaki yang suka menari. Ia berlatih berhari-hari. Menari ke sana kemari. Lenggok sana lengggok sini. Putar kanan putar kiri. Hentakkan tangan dan kaki. Semakin sering ia menari semakin banyak yang memaki.

“Ngapain sih lo nari? Lo kan laki!”
“Eh, tahu ngga lo? Dia kan suka nari. Kaya banci aja deh!”
“Sekarang nari, nanti lama-lama mulai pakai bikini.”

Ada satu lagi teman. Perempuan. Ia gemar menentang. Terlebih soal kesetaraan gender yang timpang. Ia aktif menyuarakan pendapat. Soal pro bla bla bla atau kontra na na na. Ikut organisasi ini itu anu macam-macam lah pokoknya. Suatu waktu ia maju mencalonkan diri jadi ketua organisasi entah apa namanya. Rivalnya lelaki-lelaki muda yang merasa lebih pantas dipilih melancarkan serangan belakang lewat gosip murahan.

“Jangan pilih dia! Emang lo mau diperintah-perintah sama cewek?”
“Cewek bisa apa sih? Paling awalnya doang semangat!”
“Gue ngga mau punya ketua cewek! Pasti sensitif, secara lebih suka pakai perasaan. Apalagi kalau datang bulan.”

Sejak kapan kelamin mempengaruhi kemampuan seseorang? Toh, tarian tak mengenal jenis kelamin. Toh, banyak pemimpin dunia yang perempuan. Apa lelaki menari itu dosa? Apa perempuan jadi pemimpin itu dosa? Naif sekali mereka yang menganggap remeh kemampuan orang lain hanya karena jenis kelaminnya apa. Hei, ini era demokrasi! Katanya anak gaul harus beradaptasi dengan peradaban. Menyesuaikan diri dengan perkembangan. Percuma jika tampilan kalian amat sangat kekinian tapi pola pikir malah mundur jauh ke belakang.

Coba lihat Jacko, dia raja pop dunia yang hampir semua dari kalian menggemarinya. Dia lelaki dan dia menari. Apa kalian pernah mempermasalahkan gerakan moonwalk-nya hanya karena dia lelaki? Aku rasa justru banyak dari kalian yang juga lelaki menirukan gerakannya. Akuilah! Dan apakah Jacko terlihat seperti banci? Apa kalian yang tidak menari merasa lebih jantan ketimbang lelaki yang menari? Ini bukan soal tarian sebagai barometer kelaki-lakian seseorang. Ini soal keberanian menentukan pilihan. Keberanian mengikuti hasrat yang sejalan dengan kebisaan. Justru kalian yang gemar bergunjing di balik punggung orang lain lah yang banci. Maaf, kali ini aku benar memaki.

Kalian lupa pernah punya presiden perempuan? Aku ingatkan, Megawati namanya. Tentu ia jadi presiden bukan karena embel-embel nama bapaknya yang dulu juga presiden. Aku yakin banyak proses yang ditempanya sebelum akhirnya jadi presiden. Selama kepemimpinannya ia mampu jadi pepimpin yang baik dan ini bukan karena jenis kelaminnya. Ayolah, ini soal kemampuan dan kredibilitas. Bukan soal kelamin apa yang ada di antara selangkangan.

Bagian yang memuakkan adalah saat teman-temanku yang dianggap remeh itu berhasil dengan cara mereka sendiri. Mereka yang sebelumnya mencaci maki tralala trilili berebut simpati.

“Lo tahu ngga yang menang festival dansa kemarin? Keren banget yaa dia! Dia temen gue lho.”
“Ketua senat gue baru pulang dari Aussy lho. Dia ikut study banding di sana. Hebat yaa! Gue deket banget lho sama dia.”

Hahaha! Lucunya mereka. Kau tahu? Banyak hal yang lebih penting ketimbang menjadikan kelamin sebagai tolok ukur kemampuan seseorang. Jika nanti aku kaya raya banyak harta di mana-mana dan perusahaan rupa-rupa, aku tak akan pernah mencantumkan “diutamakan lelaki” atau “diutamakan perempuan” dalam syarat menjadi karyawan. Sungguh ini bukan bualan. Anggap saja harapan atau angan-angan atau apalah yang bisa kuamini. Jangan biarkan satu jenis kelamin mendominasi atau menindas jenis kelamin lainnya. Ayo kita nikmati keragaman ini dan berhenti menilai seseorang hanya berdasarkan jenis kelaminnya.

——————————————————————————
[AG] di kantor yang mulai tak ada nyaman, 05 Mei 2010
-ilustrasi diambil dari laman milik University of Massachusset
*Tulisan ini juga tayang di Baltyra dan Kompasiana.

Selasa, 13 Juli 2010

Sajak Anggur Merah


I
aku tidak sedang mabuk, kawan
tapi orang-orang menyipitkan mata
mendapati pipiku memerah keunguan

ketika aku sapa mereka: aku ini waras
beberapa acuh menghindar
sisanya memasang kuda-kuda mengganas

II
aku berjalan gontai kesana-kemari
di atas aspal kudengar bocah bernyanyi
orang-orang di dalam metromini berkata: aneh benar orang itu
siang bolong mabuk tak tahu waktu

orang-orang yang melintasi jalan itu
berbisik-bisik mengusik: orang itu benar-benar mabuk kepayang
kehilangan keseimbangan pada ibukota yang malang

III
kulalui saja mereka perlahan
bersaksikan lampu merah di persimpangan
aku berkelakar: aku bukan pemabuk, kawan

lewat jendela metromini berkarat atau sedan-sedan yang mengkilat
mereka melemparkan pandangan nanar
:kasihan benar, ia tak bisa mengendalikan sabar
merah berganti hijau sekarang, roda-roda berputar

IV
kugendangi tiang-tiang listrik
sambil bernyanyi lagu tentang negara yang unik
kalau hari ini aku tak dapat rupiah lagi
makan apa emakku besok pagi

tapi jalanan sudah lengang, sayang
tak ada lagi yang menaburkan recehan
kemana aku mesti mencari, kemana lagi, tuan?

V
orang itu sudah sering mabuk, kata mereka
tapi hari ini wajahnya lebih merah dari biasa
apa gerangan yang menimpanya
akan kuteriakkan pada mereka: aku tidak mabuk!


aku orang tersesat, kawan
tunjukkan padaku jalan pulang
atau akan kutanam sendiri untukku sebuah nisan

–AG–
Jakarta -kotaku sayang, kotaku malang- Selasa, 2 Maret 2010

Minggu, 11 Juli 2010

Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa*

#1 Menyoal Waktu

10:13:23 PM dmelisa55: Hey kamu
10:14:21 PM andu_2603: apa sayangs
10:14:28 PM andu_2603: besok jadi pergi?
10:14:46 PM dmelisa55: ngga
10:14:53 PM andu_2603: lho?
10:14:55 PM andu_2603: knp?
10:15:33 PM dmelisa55: lo ga bs,yesa jg..
10:15:45 PM dmelisa55: si kaka males
10:15:47 PM dmelisa55: :(
10:16:01 PM andu_2603: yaaaah
10:16:07 PM andu_2603: ga ada uang banget gue
10:16:15 PM andu_2603: klo ngumpul di rmh siapa gitu
10:16:21 PM andu_2603: pasti gue samperin :)
10:17:14 PM dmelisa55: si kaka sih lg drmh pndk cabe
10:17:35 PM andu_2603: mau?
10:18:13 PM dmelisa55: huh
10:18:23 PM dmelisa55: coba blg anak2
10:18:47 PM dmelisa55: gw mah mau2 aja.pan ane dkt rmhnya
10:21:29 PM dmelisa55: Tp emg lo mau bsk nyamperin gt?
10:22:53 PM andu_2603: iya :)
10:23:25 PM dmelisa55: Yowes gw blg yesa nih
10:23:26 PM dmelisa55: Emg bsk lo smpe jm brp?
10:24:13 PM andu_2603: maunya jam berapa?
10:24:18 PM andu_2603: biar bisa lama
10:24:44 PM andu_2603: i need extra conversation
10:26:17 PM dmelisa55: dr siang bs?
10:29:15 PM dmelisa55: Hoy
10:29:26 PM andu_2603: Yoh
10:29:55 PM dmelisa55: Bs ga dr siang?
10:30:14 PM andu_2603: bisa bisa bisa
10:30:17 PM andu_2603: bangunin aja
10:30:27 PM dmelisa55: Serius?
10:30:32 PM andu_2603: siap!
10:30:35 PM dmelisa55: Asik
10:30:39 PM dmelisa55: Love u full dah
10:32:23 PM andu_2603: bawa makanan yak :)
10:33:13 PM dmelisa55: drmh kaka ud bnyk makanan
10:33:16 PM dmelisa55: Ahahaha
10:34:28 PM andu_2603: harus
10:34:34 PM andu_2603: sm dvd :)

















Patah

kau patahkan kursi kayu
kau sambung dengan perekat terhebatmu
kaujadikan seperti dudukanku dulu
tak sekuat lalu
melayu


[A] Depok, 9 Juli 2010
*ilustrasi diunduh dari sini

Opera Tentang Sebuah Predikat



Aktualisasi diri dari sudut pandang muda-mudi masa kini sudah menjadi lebih dari sekedar ajang pembuktian eksistensi. Selain telah mempolakan gaya hidup, juga telah menjadi ajang pura-pura demi mencapai kata sandang sempurna. Sebagai remaja awal dua puluhan, saya dibuat bingung dengan mereka yang seusia dengan saya. Terlalu banyak bentuk yang sama. Terlalu banyak kotak yang satu sama lainnya saling injak.

Banyak yang bilang remaja sekarang kurang kreatifitas, tapi, menurut laporan pandangan saya, mereka justru terlalu kreatif. Dua tangan melakukan banyak hal dan auranya amat sumringah saat mereka dilabeli multitasking person. Hal ini bisa jadi akibat terlalu banyak referensi untuk menjadi obsesif impulsif. Terlalu mau tahu. Terlalu mengekor pada peradaban. Terlalu haus sebuah pengakuan kehandalan. Terlalu memaksakan keterbatasan. Usaha adalah hal lain yang terbatas.

Menjadi pengikut tren yang sedang berkembang tidaklah haram, tapi haruskah menjadi sama seperti orang lain? Atau berpura-pura menjadi orang lain? Bukankah seharusnya tiap kepala memiliki kapasitas dan karakter berbeda dengan lainnya sekalipun kembar identik? Kadang, seseorang memang lebih baik dari yang lain, tapi bukan berarti sempurna.

Satu orang memotret dengan lensa terkini, mengarahkan film indie imajinasi, menulis bergulung-gulung fiksi, menggowes sepeda saat orang-orang berjamaah menanggalkan mesian, menjadi pahlawan hijau saat bumi terlanjur menguning dan selusin akifitas kekinian lainnya. Apa yang sebenarnya sedang ia lakukan? Semua hal dilakukan seperti tuntutan lakon pada opera sabun yang menanti tepuk tangan. Parahnya, tak jarang peran yang dilakoninya berimprovisasi dalam adegan saling merendahkan sesama pemeran. Menganggap dirinya paling juara sementara yang lain hanya aktor kacangan. Ia tak sadar bahwa perannya sama dengan banyak orang; sekedar tiruan.

———————————————————-
[ndigun, Jakarta 02 Juli 2010]
*ilustrasi diunduh dari istockphoto

Selasa, 06 Juli 2010

Kaugemakan Laguku Saat Jendela Terbuka


:Yessa Putra Noviansyah


Hari-hari merupa hitam putih sesekali terselip abu. Umpama tembakau dalam kemasan petang, kunikmati selingan kelabu yang menggelayuti mau sebelum datang merah.

Kau mengetuk pintu dan kubiarkan masuk lewat jendela. Pintu terlalu lapang saat terbuka -mengaburkan asap yang ingin kujaga baunya dalam kubusku.

Demi kelayakan predikat, kubagi sesesap jujur padamu yang masuk lewat jendela berkarat. Kepulannya merasuki celah yang rahasia, kenapa kau buka pintu?























[ndigun, Depok 06 Juli 2010]
*ilustrasi diunduh dari sini

Kamis, 01 Juli 2010

Kami Rumput dan Kau Penunggang Kuda yang Menunggu Genap Hitungan





















1
umpama kau putri berkuda
kami adalah rumput-rumput pembual
rupa-rupa
hijau adalah bukan seperti kekal

2
pelanamu permadani
dirajut dari sutra jingga
kau duduki
singgasana aurora

3
kami tetap menjejak
kau melaju hilang arah
mengindari sebentuk jejak
goyah

4
atas-depan jadi pusat pandang
selebihnya kau anggap ganjil

5
kau tak henti melaju
di atas kuda pucat yang tak sempat mengeluh

kau tak henti menunggu suatu nanti,
yang kau ingkari; yang memaksamu merumput; yang mengoyak pelana aurora; yang menutup lensa-lensa; yang menyisakan sebuah frase.

6
suatu nanti dan kami masih rumput,
dan kami telah bersiap jadi landasan ramah jatuhmu



















——————————————————
Untuk seorang nona, kau tahu kapan saatnya mengistirahatkan kudamu.
It’s sweet when somebody knows every single detail about you, isn’t it?
The more they get to know you, the more attractive you become to them because everything beautiful they see on the inside of you, suddenly they’re able to see on the outside of you too.
------------------------------
[ndigun, Depok 01 Juli 2010]
*ilustrasi diunduh di sini dan di sini

Doa-doa di Atas Bantal


1/
Jauhkan perawan-perawan dari para pemetik bunga:
biar mereka gugur nanti
dibujuk layu matahari
perlahan, hati-hati.
2/
Padatkan hati sang induk seperti rapat bata:
jangan uapkan
jangan cairkan
jangan uraikan.
3/
Sematkan guna-guna dalam tulang muda:
biar berdiri sendiri
biar berlari sendiri
biar mengaduh sendiri.
4/
Sempatkan kami mereguk suka-suka dalam kematian rindu-dendam,
matikan seperti tak akan hidup lagi;
matikan seperti kami suatu hari;
matikan seperti pandirMu yang mengeringkan tawa sesekali.


—————————————————————————
[ndigun, Depok, 26 Juni 2010]
*ilustrasi diunduh di sini