Selasa, 04 Januari 2011

Kodrat: Berkorban


Aku terjebak dalam sebuah labirin. Penuh mata, penuh telinga, penuh manusia. Penuh hati dan mulut bertautan bicara. Aku mencoba merapatkan telinga, tapi suara mereka terlalu lantang untuk tak kudengar. Sebuah labirin yang mereka sebut kehidupan. Ada awan di dalamnya, yang berlari di atas kepala. Membelah otak yang bertautan,kiri-kanan. Merasuki tenggorokan dan terhenti di paru. Menyumbat arteri-vena dengan sebuah pertanyaan. apa yang mereka cari dalam hidup? Mereka menjawab kompak; kebahagiaan. Sebagian mengorbankan air mata orang lain. Tak sedikit yang mengorbankan kehidupan orang lain. Adakah yang mengorbankan sebagian kecil dari hidupnya demi kebahagiaan orang lain? Hanya sebagian kecil yang aku tanyakan.

Ismail menjawab:, “Aku rela mengorbankan leherku untuk disembelih Ibrahim karena mendapat perintah dari sang Khalik, dan Ibrahim pun bahagia karena bukan aku yang akhirnya terpotong lehernya.”

Ibuku menjawab, “Aku mengorbankan rasa kenyangku agar kau bisa makan dan pergi ke sekolah, dan kau akan bahagia kelak karena kuberi makan.”

Bapakku menjawab, “Aku merelakan namaku melengkapi akta lahirmu. Kodrat bin Priambudi Wirya. Menjadikanmu anak meski kau bukan hasil persetubuhanku dengan ibumu.”

2 komentar: