Selasa, 04 Januari 2011

Kodrat: Melawan Rahwana


Namaku Kodrat. Terkadang mereka yang sok akrab dan tak tahu diri memanggilku Odat. Ya Odat, bukan Bodat*! Kodrat itu takdir. Takdir itu milik Tuhan. Aku milik Tuhan seutuhnya. Jadi jangan coba-coba mengklaim aku ini milik siapa-siapa. Aku milik Tuhan. Aku tak memiliki apa-apa. Ahh, bagaimana aku bisa lupa aku memiliki ibu. Hanya ibu. Jangan tanya soal bapakku. Bapakku langit.

Ya, aku adalah anak hasil persetubuhan ibuku dengan langit. Lalu pada siapa aku memanggil bapak? Pengawin Ibuku yang kupanggil bapak. Anggaplah ini formalitas belaka. Hanya karena aku ingin melengkapi apa yang disebut keluarga. Bapak formalitas, ibu, aku. Lengkap bukan? Sayangnya kelengkapan bukan patokan kebahagiaan. Aku bahagia dengan ibuku tidak dengan bapakku. Aku bahagia aku menari. Ibuku bukan penari, apalagi bapakku. Tapi aku tahu langit menari. Menari berirama gendang-gendang petir. Maka aku menari karena langit menari. Aku menari karena aku anak langit. Pernah sekali waktu aku menari. Rama Shinta. 

Akulah Rama saat itu. Aku begitu bergairah saat beradu dengan Rahwana yang serupa bapakku. Rahwana yang monster. Bapakku yang monster. Ibuku tahu aku membenci Rahwana. Aku membenci bapakku. Aku lebih tahu ibuku lebih membenci bapakku. Aku dan ibu ingin sekali menamatkan dongeng Rama Shinta ini. Mengirim Rahwana ke gerbang neraka lalu kami akan berdua saja. Berdua lebih baik. Lebih baik Rahwana mati meregang nyawa di tanganku, di tangan ibuku. Dan penjara akan menjadi hunian yang paling surga bagi kami. Tapi kami belum juga sampai ke penjara yang surga itu. Kami masih takut dosa dan cukup berdosa untuk melengkapi dosa terakhir.

Ibu mengajakku mengalah untuk menang atas Rahwana. Dan mengajakku berdoa iblis cepat-cepat membawa Rahwana menuju neraka tanpa kami harus bertambah dosa. Saat itu tiba, maka akan kami rayakan dengan pesta pora. Pesta kemenangan kami. Pesta kemenangan takdir. Takdir Tuhan. Sayangnya, sekali lagi sayang, aku dan ibuku tahu. Benar-benar tahu. Takdir ada di atas kepala. Maka pasrahlah kami. Pasrah pada waktu. Waktu milik Tuhan. Kami milik Tuhan. Tuhan milik kami.

*Bodat: Monyet (Bahasa Batak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar