Sabtu, 15 Januari 2011

Ketika Gelap Tak Selalu Kelam


Andi.
Aku sudah membaca bukumu, dan ada beberapa hal yang menurutku perlu kamu ketahui.
  • Ya, aku masih menemukan typo di sana-sini, khususnya untuk penggunaan kata depan 'di' dan 'ke'. Berkali-kali kamu masih menuliskan 'dimana' dan 'kemana'. Biasanya, sesudah dua typo di satu halaman yang sama, aku akan berhenti membaca. Tapi karena aku sudah berjanji padamu, kulanjutkan.
  • Gelap. Muram. Tak salah kamu memilih sampul berwarna hitam dengan pendaran cahaya kabur di sana-sini. Secara fisik, isi bukumu telah diwakili oleh sampulnya. Dua jempol untukmu.
  • Prosamu memang masuk dalam kategori prosa liris. Lebih berbentuk catatan harian, tetapi berhasil kamu hidangkan dengan pilihan kata yang tepat, aliran yang lembut dengan tempo yang serasi. Menghanyutkan, melanutkan, menggiringku perlahan dalam kemuraman.
  • Ya, muram. Tapi kamu dengan jelinya menyelipkan harapan dan kekuatan untuk bangkit bertahan di sela-sela keputusasaan dan kehampaan. Ini suatu kemuraman yang indah.
  • Judul. Dari semua prosa yang ada, mengapa tidak kamu pilih 'Ganjil' sebagai judul? Menurutku, ini yang paling kuat dari semua prosa, yang menjadi pengikat dan perekat keseluruhan cerita. -- Tapi ini hanya menurutku pribadi.
Secara keseluruhan, aku memberimu empat dari lima bintang. Kalau kelak kamu butuh review pendek dariku, aku akan menulis:
"Ketika gelap tak selalu kelam, ketika muram tak selalu diam, demikianlah Andi menggubah malam menjadi pualam."

Best Regards,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar