Rabu, 04 Agustus 2010

Mencatat Mimpi di Teluk Naga

Jika sekarang saya ditanya apa yang saya miliki ketika kecil dulu, jawabannya adalah mimpi. Masa kecil merupakan saat-saat mimpi berada di tempat yang tertinggi dalam aura keluguan. Saya mau jadi ini, saya mau jadi itu. Sama seperti saya kecil, anak-anak di SD Negeri Muara 1, Teluk Naga, Tangerang juga memiliki mimpi yang luar biasa. Hal ini terungkap saat saya dan teman-teman Spasi bertandang kesana untuk bermain dan berlajar bersama mereka, Sabtu 31 Juli 2010.

Spasi, menurut paman petani Syam Asinar Radjam adalah kumpulan muda-mudi yang sering pusing akibat suka iseng. Kali ini, Spasi memutuskan untuk iseng berkumpul bersama di sekolah yang terletak di salah satu daerah tertinggal tersebut. Keisengan yang semoga tak menimbulkan kepusingan. Kami yang berasal dari berbagai kota, Jakarta, Depok, Bekasi, Medan, Jogja, Bandung, dan Purwokwrto, mendatangi anak-anak di sana untuk Belajar Mengisi Spasi.

Belajar Mengisi Spasi adalah sebuah lokakarya sederhana tentang belajar menulis yang menyenangkan. Kegiatan ini ditujukan bagi teman-teman kecil kita yang belum punya akses untuk belajar tentang seluk beluk kepenulisan. Sebuah bentuk kepedulian Spasi terhadap anak-anak dan mimpi yang mereka punya.

Kegiatan diawali dengan perkenalan singkat dan ice breaking yang dipimpin oleh saya dan saudari Pungky selaku duo pemandu tawa. Setelah makan siang, anak-anak dibekali metode penulisan sederhana yang disampaikan oleh penulis dan pendidik, Mariska Lubis. Dua puluh anak terlihat antusias memperhatikan setiap hal yang disampaikan. Mereka menulis cerita bersama sambil diselingi sesekali tawa yang membuat saya bertanya pada diri sendiri: kapan ya saya terakhir tertawa seriang dan sejujur mereka?

Pada sesi kedua, Mariska Lubis meminta anak-anak menulis tentang cita-cita mereka dengan metode yang telah disampaikan pada sesi pertama. Mereka menulis di kertas HVS yang telah kami siapkan dalam bentuk buku lengkap dengan sampul karton berwarna. Setelah semua selesai menulis, satu per satu maju membacakan tulisannya di depan kelas. Nursih, kelas 5, menulis begini:
“Saya mau jadi pelukis karena saya suka menggambar Saya mau jadi pelukis untuk meneruskan hidup saya saat besar nanti.”
Penggalan tulisan Nursih membuat saya bergidik. Anak sekecil itu sudah berpikir soal meneruskan hidup. Bahwa hidup adalah hal yang berkesinambungan membuat Nursih memiliki mimpi tentang masa depannya. Ia mau jadi pelukis terkenal. Berkali-kali saya mengucap amin mendengarnya. Mari kita sama-sama melakukan sesuatu untuk impian tentang masa depan yang lebih baik bagi seluruh anak Indonesia.

Ini adalah kali pertama Spasi bermain dan belajar dengan anak-anak dan kami berjanji ini bukan kali terakhir. Kami akan selalu berusaha untuk menemani anak-anak bermain dan belajar selama kami mampu. Mungkin kami tidak bisa mewujudkan mimpi mereka, tapi setidaknya kami senang mengetahui mereka masih memiliki mimpi. Kami senang tertawa bersama mereka.

serius
membaca karya
memperhatikan
cerita





Depok, 1 Agustus 2010
Spasi Tunjukan Cinta 
------------------------------------------
*reportase oleh Andi Gunawan
***video oleh Mahatma Putra dan Ares Suryana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar