Rabu, 04 Agustus 2010

Kejutan


Satu putaran 360 derajat sebelum memukul Lima, sore hari ini.
 
Aku sedang mengamati percakapan virtual dalam layar persegi. Kotak mini berbasis koneksi yang menimbulkan kesenangan maksimal. Karenanya, aku begitu menikmati akhir pekan lalu. Ini bukan pesta pora, bahkan gaun pun tak ada.

Aku butuh lebih dari sekadar kumpulan kepala berkumpul dalam ruang istimewa bertabur iringan dansa. Mengenal mereka dan melakukan hal yang kusuka adalah berkah. Aku tak perlu lagi taburan konfeti karena mata mereka aneka warna. Aku tak perlu lagi setelan berdasi karena mereka pembuat nyaman tanpa batasan nominal. Aku tak perlu lagi pesta karena mereka melagu aneka irama.

Aku masih bersyukur sejak akhir pekan itu; yang euphorianya terus menggema; yang pertautannya semakin lekat; yang seperti tak berjarak; yang membangunkanku dari tidur malas tanpa kantuk tanpa mimpi; yang mengajariku bernafas lagi.

Aku masih bersyukur sembari menunggu Lima terpukul. Bersyukur dalam gaung paling merdu yang serta-merta kau hentikan dengan getaran telepon genggam. Anak bungsu ibuku dalam jaringan, “Mas, ibu sakit. Cepat pulang.”

Kenapa kau gemar sekali memberi kejutan, Gusti? Aku baru saja bersyukur dan sekarang kau memaksaku menghujatmu lagi. Maaf, aku tak suka kejutanmu kali ini.

Sore ini dalam perjalanan pulang setelah Lima terpukul Enam menjelang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar