Selasa, 21 Desember 2010

Pamit



“Mahaguru, manusia terpilih tanpa pamrih, terima kasih untuk setiap jawaban atas segala tanda tanya. Untuk ikhlas yang tak terbalas. Untuk lembar-lembar wacana tentang dunia dan pergerakannya.

Maaf untuk predikat yang tertunda. Saya tidak –atau belum memerlukannya. Bukan tak mau, hanya saja saya harus bekerja atau mati kelaparan. Ini bukan mau saya. Saya menyebut ini cara Tuhan, mantap tanpa gelagap.

Saya tahu Anda kecewa. Sayangnya, sarapan harus selalu ada untuk ibu saya. Oya, sebentar lagi tahun ajaran baru. Saya tak berhak memiliki benda ini lagi. Saya pamit.”

A

Lelaki itu terpaku pada bolpoin di tangannya. Hitam. Aksen keemasan melingkar di tengah dan sisi atasnya. Mahasiswa Berprestasi tertulis tegas di badan bolpoin itu.


-ndigun-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar