Hey, Nona! Mana senyummu? Tak seharusnya kau sesendu itu. Ini harimu, ingat? Aku takkan mengucap selamat kalau kau masih meratap. Kau tahu? Senyummu itu indah. Tunjukan pada dunia kau tak lemah. Kau tak seringan kapas yang mudah goyah. Kau kuat bagai beringin yang hijau daunnya meriah.
Baiklah. Mungkin aku harus menyegerakan mantra Selamat untukmu. Agar kau tetap tersenyum seperti teman sebayamu, adikku. Selamat meretas usia dalam angka. Berapa usiamu hari ini? Lima belas tahun? Coba berkaca sejenak. Kau apel yang sedang ranum. Kau mawar yang harum. Berduri. Jangan sekali-kali kau tusukkan durimu pada ia yang kau sebut Mama.
Ahh, aku lupa harus mengucap selamat yang lainnya. Kau berganti rupa bukan? Maksudku, kau berganti seragam biru jadi abu. Aku mengucap selamat untuk itu. Dengar, kau akan merindukan masa birumu yang riang. Tapi aku yakin abu-abu kadang lebih istimewa.
Kau kini sedang di ambang pintu abu-abumu. Masuklah jangan sungkan. Kau hanya perlu satu keyakinan. Masa depan. Di mana pun kau kenakan abu-abumu, kau harus ingat ada yang berharap baik bagi hari depanmu. Ibumu, kakakmu, iparmu, sahabatmu, aku, juga Bapakmu di surga sana.
Omong-omong, semalam aku menginap di bulan. Aku bertemu bapakmu di sana sedang berbinar. Berbinar melihatmu tumbuh mendewasa. Ia sempat titipkan pesan untukmu, begini pesannya:
“Bungsuku, kau jadi satu-satunya teman perempuan bagi ibumu kini. Jadilah teman terbaik baginya. Selalu beri senyum terindahmu untuknya. Jangan pernah bosan mendengar keluh kesahnya. Jaga ibumu untukku. Aku akan membantumu menjaganya, juga menjagamu, dari atas sini. Kau harus meyakini sesuatu, aku tak pernah jauh darimu. Aku nyaris tak berjarak. Aku tetap hidup dalam setiap pijakanmu. Menyaksikan setiap langkahmu. Aku menyayangimu, Bungsuku”
Selamat lima belas !!!
Saudara lelakimu, anak Sum yang menyayangimu –selalu
A
----------------------------------------------------------
Aku lupa mengingatkan,
saudara lelakimu bertambah satu, Aku.
Jangan cengeng lagi yaa sayang :)